Lampion Berenuk, Buah Karya Si Tangan Kreatif
Kang Ucok merupakan seorang seniman yang cukup beken di Kota Kembang. Ia ingin sesuatu yang lain, maka dibuatlah karya seni berbahan berenuk ini, seperti lampion gantung dan lampu dinding. Ini baru pertama kali dibuatnya, desainnya pun belum terlalu banyak. Selain berenuk, tak ketinggalan buah kukuk pun dijadikan lampion yang cantik olehnya. “Semua orang kebanyakan tidak tahu akan buah ini. Mereka menganggap buah itu tidak bisa dimanfaatkan,” ujar pria berkumis tebal itu.
Menurut Kang Ucok, bahan baku kerajinan ini sulit didapat di Bandung. Karena dianggap buah yang tidak berguna, saat ini sulit ditemukan. Untuk itu, hingga saat ini berenuk dan kukuk masih dipasok dari luar Bandung, seperti Purwakarta, Sumedang dan Garut.
Lampion berbahan berenuk tersebut ia kombinasikan dengan material alam lainnya, seperti biji palem, ranting pohon, bambu dan tali rotan. “Dengan tangan-tangan kreatif, bahan yang dianggap sampah sekalipun bisa menjadi karya seni yang bagus dan menarik,” papar Kang Ucok.
Lama pengerjaan lampion berenuk tersebut sekitar satu jam, tapi tergantung tingkat kesulitannya juga. Kata Kang Ucok, bisa tergantung mood juga. Proses pengeringan berenuk yang paling lama, hingga tiga bulan. Tapi, kalau berenuk yang sudah tua (jatuh dari pohon dengan sendirnya) tidak terlalu lama dalam proses pengeringannya.
Karya seni lampion berenuk dan kukuk ia garap tak sendiri, terkadang dibantu juga oleh Kang Didi. Menurutnya, lampion seperti ini baru ada di sini saja. Terhitung sejak Januari 2011, baru ada 20 lampion berenuk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan bahan baku yang sulit didapat.
Sementara itu, Pramutadi Sadni, menuturkan, awalnya ia mengambil berenuk di rumah temannya. Dari sanalah muncul ide kerajinan dari buah tersebut.
Pria yang akrab dipanggil Kang Didi itu mengatakan, sejauh ini, lampion berenuk ini masih dipamerkan di Galeri Kebun Seni Taman Sari Bandung saja. Ia belum sempat memasarkannya secara luas, baru dipasarkan ke Sukabumi saja. Ia berharap, ke depannya bisa dipamerkan di Graha Manggala Siliwangi.
Kang Didi yang juga pemilik dari Galeri Guava Monkey Company mengatakan, lampion berenuk dibanderol dengan harga Rp 500 ribu perunitnya. Cukup mahal, namun sesuai dengan sulitnya bahan baku, proses pengerjannya, terutama ide kreatifnya.
Untuk sementara ia hanya fokus pada lampion berenuk dan kukuk saja, namun lebih dimaksimalkan dan desainnya dibuat lebih variatif lagi. Untuk desain atau motif lampion tersebut di antaranya adalah etnik wayang, topeng, tumbuhan dan hewan. Lampion berenuk tersebut pun tidak menggunakan pewarnaan, dibiarkan natural saja. “Warna cokelat aslinya saja, tidak dipernis atau pun diwarnai, tapi ke depannya, biar lebih variatif, akan coba diwarnai atau dilukis,” ujar Kang Didi.
Selain itu, tak hanya lampion lampu dari berenuk dan kukuk saja, semua kerajinan lampu lainnya pun bisa di dapat di Galeri Guava Monkey Company. Kerajinan lampu berbahan bambu, kayu, kertas daur ulang, kertas singkong dan kain parasut terdapat sana. “Untuk harga, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 2 jutaan,” ujar Kang Didi.
“Kalau berenuk, buahnya tidak bisa dimakan, tapi kukuk, buahnya bisa dimakan dan berkhasiat untuk mengobati panas dalam,” kata Kang Didi. (*indragusdiman/radarbandung)